Ecoprint, Seni Kain dari Alam Melalui Tarian Jemari

Berawal dari perjalanan menulis cerita anak, ternyata membuka lebih banyak pengetahuan lain, termasuk tentang lingkungan. Jika Sahabat membaca cerita anak, saat ini isu lingkungan dan bagaimana cara menjaganya sudah banyak disajikan dalam bentuk cerita anak yang menyenangkan. Salah satunya adalah tentang teknik ecoprint.

Dilansir dari Liputan6.com, kata "ecoprint" ini berasal dari gabungan kata "eco" yang berarti lingkungan atau alam, dan "print" yang berarti cetak. Jadi, menurut arti kedua kata tersebut bisa kita simpulkan bahwa ecoprint adalah teknik cetak menggunakan bahan-bahan yang berasal dari lingkungan atau alam, seperti daun, bunga, batang, dan kulit kayu, yang bertujuan untuk menghasilkan motif pada kain.

Saya dan beberapa teman #EcoBloggerSquad merasa beruntung terpilih dalam Online Gathering bareng Cinta Bumi Artisans yang membahas tentang teknik eco printing pada Jumat, 28 Februari 2025 kemarin.

Fashion Reimagined : Upcycling Waste into Wearable Art


Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art

Tema yang diangkat pada online gathering ini adalah "Fashion Reimagined : Upcycling Waste into Wearable Art”, yang kira-kira kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah “Fashion yang Ditata Ulang: Mendaur Ulang Sampah Menjadi Seni yang Dapat Dipakai.”

Para blogger mendapatkan materi tentang jenis pewarna alami dan teknik ecoprint. Serunya, kami juga diajak untuk praktik langsung melakukan proses pewarnaan totebag menggunakan bahan-bahan dari alam yang sudah dikirimkan sebelumnya.

Berhubung saat itu saya sedang jadwal sif pagi, saya belum berkesempatan ikut praktik langsung. Namun hal itu tidak menghalangi antusiasme saya untuk belajar hal baru yang bisa disusulkan pada kesempatan mendatang.

Materi dalam online gathering kali ini disampaikan oleh dua orang narasumber yang tentunya sudah mumpuni di bidangnya, yaitu Kak Margaretha Mala seorang Srikandi Pelestari Tradisi dan Konservasi dan Kak Novi dari Cinta Bumi Artisan.

Mulai penasaran dengan cerita keseruan kami? Yuk, lanjut baca artikel ini, ya!

Pewarna dari Alam, Seperti Apa?

Pewarna dari Alam


Apakah Sahabat pernah melihat bagaimana pewarna alami dihasilkan atau digunakan? Saya belum. Oleh sebab itu saya sangat takjub ketika dalam online gathering ini kami disajikan tayangan tentang pembuatan pewarna alami.

Materi ini disampaikan oleh Kak Margaretha Mala yang berasal dari Suku Dayak Iban. Suku yang tersebar di Kalimantan Barat ini memiliki tradisi menenun. Nah, kain tenun ini berasal dari lembaran-lembaran benang yang telah diwarnai dengan pewarna alam.

Dari mana, sih, bahan dasar pembuatan pewarna ini, ya? Tak perlu jauh-jauh karena pewarna alam yang mereka gunakan berasal dari tumbuh – tumbuhan yang tumbuh di sekitar Rumah Betang (rumah panjang), di hutan, dan kebun-kebun masyarakat. Oh, ya, Rumah Betang adalah rumah adat Suku Dayak yang berasal dari Kalimantan.

Menyaksikan fakta ini kita seolah bisa melihat gambaran bahwa keberadaan tumbuhan di sekitar tempat tinggal Kak Mala masih terjaga kelestariannya, ya.

Nenun dan Kelestarian Alam

Nenun dan Kelestarian Alam

"Dengan nenun, berarti saya ikut berperan serta dalam melestarikan nilai-nilai luhur budaya dan tradisi Suku Dayak Iban. Terkait pewarna alam, pewarna alam dapat sebagai upaya konservasi terhadap jenis-jenis tumbuhan pewarna alam, dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat pewarna sintesis pakaian."

Proses Pembuatan Pewarna Alam

Sahabat, ini adalah langkah-langkah pembuatan warna biru dengan menggunakan rengat padi.
  1. Perendaman dilakukan selama 1x24 jam.
  2. Pasca perendaman, warna biru sudah mulai muncul.
  3. Penambahan kapur sirih/kapur gamping untuk merangsang agar warna birunya mau keluar dan pekat.
  4. Proses pengeburan cairan warna biru agar lebih merata.
  5. Endapan/pasta warna biru yang sudah dihasilkan dan siap digunakan untuk proses pewarnaan benang.
Sulit? Enggak, tentu saja karena Kak Mala dan kawan-kawannya sudah terbiasa. Jika kita juga ingin menambah pengetahuan dengan praktik langsung, Kak Mala menyambut dengan tangan terbuka. 

Selanjutnya, setelah mendapatkan pemaparan tentang pengenalan pewarna alami kami #EcoBloggerSquad belajar untuk membuat ecoprint bersama Kak Novi dari Cinta Bumi Artisan.

Ecoprint On Totebag 

Ecoprint On Totebag


Kira-kira tiga hari sebelum online gathering ini berlangsung, kami telah menerima paket perlengkapan bahan untuk praktik ecoprint on totebag. Awalnya sempat bingung, bahan-bahan itu mau dibuat apa. Namun ternyata kami dipandu Kak Novi dari Artisan untuk membuat ecoprint on totebag di rumah masing-masing. Hehehe. 

Langkah Melakukan Ecoprint

Langkah Melakukan Ecoprint


Teknik ecoprint menggunakan kain berbahan alami seperti sutra, linen, katun, tencel/lyocell, rami, dan hemp. 

SCOURING

Pencucian menggunakan air panas dan sabun ramah alam seperti lerak, sabun minyak kelapa atau kemiri.

MORDANTING

Proses memampukan serat kain agar bisa menyerap dan mengikat pewarna alami secara optimal.

ECOPRINTING

Proses pewarnaan dan cetak alami tumbuhan pada kain, kertas, maupun benang.

FINISHING

Setelah ecoprinting, kain diberi jeda 5-7 hari sebelum proses finishing dan bilasan terakhir.

Bahan dan Alat Ecoprinting

Dye Kit dari Cinta Bumi Artisans:

  • Calico Cotton Totebag – sudah dimordant
  • Daun dan bunga kering yang bisa mewarnai (daun jambu, ketapang, kesumba, serutan kayu secang, bunga mitir/marigold)*
  • Stik kayu untuk menggulung
  • Tali goni untuk mengikat gulunga
  • Bonus: Mini ecoprinted journal 

Peralatan dapur untuk mengukus:

  • Kompor
  • Panci kukus (jika tidak ada, gulungan bisa direbus dalam air biasa)**
Catatan:
(*) Tumbuhan lain yang bagus digunakan untuk ecoprint kukus/rebus: Daun jati, kersen, harendong, bunga kenikir, kembang sepatu
(**) Sebaiknya panci yang digunakan tidak sama dengan panci untuk memasak makanan

Let’s Ecoprint your Totebag!

  1. Basahi totebag dengan air bersih. Peras perlahan.
  2. Letakkan totebag pada alas. Pastikan kita sudah meratakan kain.
  3. Desain dan susun daun / bunga pada setengah bagian totebag.
  4. Basahi totebag dengan air bersih. Peras perlahan.
  5. Letakkan totebag pada alas. Pastikan kita sudah meratakan kain.
  6. Desain dan susun daun /bunga pada setengah bagian totebag.
  7. Ikat kencang gulungan kain dengan tali goni.
  8. Kukus (atau rebus) gulungan kain selama 90-20 menit.
  9. Keluarkan gulungan kain dari panci, dan diamkan hingga dingin.
  10. The joy of unbundling!
  11. Setelah proses unbundling, beri jeda pada kain selama 5-7 hari sebelum dicuci dan dibilas (finishing).
  12. Setelah berjeda, lakukan proses finishing dengan air hangat dan cuka 2 sdm. Jemur dan setrika rapi.
Bagaimana ulasan online gathering kali ini menurut Sahabat? Bagi saya, membuka wawasan lebih luas lagi. Bahasan ini berjenis nonfiksi, tetapi bukan tidak mungkin kita tuliskan ulang dalam genre tulisan lain. 

Tentang pewarna alam, teknik ecoprint, hingga proses pembuatan totebag ecoprint adalah kisah indah tentang hijaunya bumi yang kami dapatkan hari ini. Nantikan ulasan online gathering lainnya, ya! (*)
Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url