3 Cara Penulis Cerita Anak Atasi Blank Spot
Halo, Sahabat.
Apakah kamu punya blank spot dalam diri? Btw, blank spot yang saya maksud di sini adalah keilmuan yang belum banyak diangkat dan cenderung terabaikan. Misalnya, selama ini kamu adakah seorang yang banyak menulis tentang cerita anak bergambar. Lantas pada kesempatan mendatang kamu ditantang untuk menulis cerita anak dengan rentang kata yang lebih panjang. Bisakah seorang penulis cerita bergambar menulis novel anak?
Inilah saatnya mengisi blank spot. Bagaimana cara seseorang kontribusi dengan mengisi celah keilmuan yang belum banyak diangkat dan cenderung terabaikan. Bukankah salah satu makna hidup adalah rekam jejak langkah belajar untuk bisa terus menebar manfaat. Bisa jadi kan dari tulisan panjang dalam novel anak itu lebih banyak pesan kebaikan yang tersampaikan.
Blank Spot Penulis Cerita Anak
Blank spot ala Rekam Jejak Sang Pemimpi adalah mengisi bahan bakar menulis cerita dengan napas agak panjang. Kabarnya, Gerakan Literasi Nasional tahun depan fokus pada pencarian naskah untuk jenjang C alias pembaca semenjana yang berusia 10 - 13 tahun. Pembaca pada jenjang usia ini telah mampu membaca teks secara lancar dalam bentuk paragraf dalam satu wacana.
Saya lihat di Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI), peruntukan buat mereka berupa novel anak. Selama terjun di dunia literasi anak, saya belum pernah menulis cerita terlalu panjang. Hm, pernah sepertinya untuk sayembara balai bahasa. Saat itu dibutuhkan naskah 20 halaman jadi. Duh, bikin naskahnya saja sampai ngos-ngosan ngejar target halaman. Sama seperti tulisan panjang sebelumnya, saya merasa kehilangan kata untuk merangkai cerita.
Lantas apa yang saya lakukan untuk mengatasi problem ini?
- Ikut kelas menulis
- Memberi paket buku cara menulis
- Rutin baca buku di Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI)
Ya saya harus memulai dari sekarang karena nggak bisa kan ujug-ujung nulis panjang. Balik lagi, semua butuh ilmu. Pas nulis picture book sehingga bisa jadi sekarang saya kan juga pakai bala bantuan tentang literasi.
Oh, ya, tulisan ini berkesan bagi saya yang menulis 140 kata pertamanya di dalam bus Rajawali menuju tempat kerja saat sif malam.
Baiklah, kembali ke niat awal untuk meningkatkan kapasitas diri.
Ikut Kelas Menulis
Sebenarnya nggak terhitung lagi, sih, kelas menulis yang saya ikuti. Mulai dari gratisan hingga berbayar. Mulai dari tugas yang dikerjakan hingga sedikit terabaikan. ups, bagian ini sudah coba saya hindari, tetapi masih juga terjadi.
Kelas menulis yang dimaksud di sini tentu yang lebih spesifik. jika target tulisan saya dalam novel anak, ya ikutilah kelas seperti itu. Memang sepengetahuan saya saat ini masih sedikit, ya kelas online yang menyasar jenjang pembaca semenjana.
Namun jangan khawatir karena ada, kok, misalnya kelas yang akan digelar oleh Ideo Kids beberapa waktu mendatang dengan pembicara Mbak Dian Kristiani. Jika butuh info lanjut ini boleh kirim pesan ke saya, ya.
Paket Buku Cara Menulis
Buku panduan menulis saya memang sudah cukup banyak. namun tentu saja karena waktu itu saya tidak terlalu tertarik menulis novel anak, kebanyakan panduan tersebut tidaklah seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu penting untuk target selanjutnya adalah mempelajari cara menulis novel anak dari buku-buku panduan.
Alhamdulillah, ternyata tak sulit karena saya berhasil menemukan beberapa aplikasi yang dapat menunjang perjalanan menulis ke depan.
Rutin Baca Buku di SIBI
Bukan hal baru dalam sebuah tip sukses menulis apa pun bahwa rutin baca buku karya pemenang adalah salah satu kunci untuk meraih kemenangan yang sama di event selanjutnya.
SIBI adalah ruang belajar yang tepat untuk itu. Sahabat bisa menemukan banyak bahan bacaaan yang sekiranya dapat membantu untuk belajar tentang cara menulis novel anak. Pranala bacanya ada di sini, ya https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-non-teks.
Itulah blank spot ala Rekam Jejak Sang Pemimpi dalam upaya yang sedang ditempuhnya agar mampu menulis cerita anak dengan napas lebih panjang. Yuk, bagikan cerita kamu juga dalam mengatasi blank spot! (*)