Terima Kasih, Yuk, Isi Tangki Cinta Kita

Ramadan hari ke-14. Apa kabar wahai diri tersayang? Sudahkah memenuhi target awal ramadan? Bila belum, yuk kencengin masih ada sekitar dua pekan lagi. Insyaallah hasil akhir nanti adalah berkat segenap daya upaya yang kamu perjuangkan, bukan leha-leha semata.

Diriku, selama ramadan ini mungkin kamu tak baik-baik saja karena perkara beberapa hari sebelum ramadan tiba. Namun janganlah berputus asa ya, setidaknya kamu masih baik-baik saja hingga detik ini. Meski rapuh kadang menjelma juga dan merongrong pertahanan, kamu selalu bisa menemukan cara untuk bangkit kembali. Menjadi lebih kuat dari terdahulu.

Jangan Bosan Karena Aku Tak Akan Pernah Bosan Mengulang


sayangi-diri-sendiri

Diriku, hari ini aku ingin berpesan lagi, yang mungkin sudah pernah kamu dengar beberapa saat yang lalu. Atau sering kali aku mengulangnya dalam rangkaian tulisanku. Kamu mungkin bosan tapi aku buka tipikal orang yang bosan mengingatkan. Bagiku, kamu dan aku adalah satu. Jika kamu patah, aku akan lemah. Aku kuat jika kamu pun penuh semangat.

Kapan kamu berhenti menunda?


Saat mengetikkan artikel ini, seorang ustaz sedang mengisi kultum jelang berbuka puasa. Aku nggak sempat melihat nama yang tertera. Yang kudengar katanya, jika seseorang suka menunda maka akan tertunda pula apa yang menjadi inginnya.

Ibarat seorang pekerja yang tidak mendapatkan promosi, tidak mendapat kenaikan pangkat dengan cepat, karena iktikad tak baik, tentang penundaan setiap tugas yang diberikan.

Kamu mungkin sudah berusaha, tetapi penundaan masih saja berlangsung, kan? Kamu belum langsung salat ketika azan selesai berkumandang, kamu belum membuat pencatatan keuangan dengan benar, kamu belum mengerjakan tugas kantor setepat dan secepat mungkin, bahkan sekadar mandi saja kamu masih perlu beberapa waktu hingga magrib menjelang. Duh, kamu! Kita akhiri di ramadan ini saja, yuk! Kamu mau hidup lebih baik, kan? Kamu suka sesuatu serba tertata, kan?

Kapan membuat pencatatan lebih baik?


Aku tahu beberapa saat yang lalu kamu kecewa luar biasa. Tepatnya saat pengumuman pemenang lomba tersaji jelas di hadapan mata. Kamu bukan kalah setelah mengirimkan naskah. Kamu kalah karena terlupa mengirimkan naskah. Payah!

Padahal aku tahu kamu sudah mengambil tangkapan layar info lomba, kamu pun sudah menghubungi pemilik akun lomba. Namun kamu terlupa karena kamu pikir ingatan lemah serupa karunia hewan gajah.

Kapan kamu berhenti mengambil semua peluang?


Peluang ada banyak, amat sangat banyak pun. Alhamdulillah semua ini patut disyukuri. Namun nggak semua bisa kamu ambil, lo. Waktumu sangat terbatas. Hanya dari pukul delapan hingga dua belas malam. Mana mungkin kamu bisa mengambil semua peluang. Setiap hari kamu harus berkejaran dengan deadline.

Apakah kamu hidup hanya terbatas interaksi pada layar terpaku. Kamu masih punya keluarga dan hobi yang juga layak mendapatkan perhatian? Pikirkan lagi karena hidup bukan hanya tentang hari ini.

Kapan kamu mulai menulis buku solo?


Setiap teman memamerkan buku solo mereka kamu hanya akan terus bermimpi bisa seperti mereka. Karena toh kamu juga tak memulai satu kata pun untuk tulisanmu. Kamu hanya sibuk menjadi pembeli buku mereka. Btw, soal ini kamu cuma beli atau sudah baca dan resensi buku-buku itu? Duh, PR kamu kok banyak banget, sih?

Kapan kamu melakukan 4 jawaban di atas?


Jawaban pertanyaan di atas hanya bisa kamu yang jawab. Tapi yakinlah aku akan terus menerus mengingatkan tanpa peduli kamu bosan atau tidak. Karena semua kebaikan bagimu adalah bagiku juga, kan?

Btw, terima kasih ya sudah mau memberikan alasan untuk terus semangat dari hari ke hari. Aku masih punya banyak target dan mimpi yang bisa kuraih kalau kamu mau membersamaiku. (*)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url