Ujian Kesabaran dan Keikhlasan Hati
Tulisan ini dihadirkan sebagai pengingat bahwa hari itu, 15 Februari 2024, telah terjadi satu d hal di luar prediksi seorang hamba yang selama ini menganggap putihnya dunia.
Hati mana yang tak pilu saat melihat kenyataan bahwa sejumlah uang itu telah berpindah tangan pada yang tak punya hati. Tiada berpikir bahwa uang itu adalah hasil berpeluh, terjaga dari dinginnya malam, dan perjalanan panjang menuju tempat kerja.
Hati yang benar-benar pilu ini sedang butuh obat penenang. Dalam Islam, ternyata ada pengaturan pengelolaan diri dan hati saat terjadi ujian kesabaran dan keikhlasan hati.
Keluar dari Masalah dengan Hati Lapang
Memang saat terjadi hal seperti ini, seorang hamba akan lebih dekat pada kekufuran bila tak segera ingat tameng yang telah digariskan sang Maha. Bagaimana harus bersikap karena setelah dipikirkan dalam jangka waktu lama, seolah banyak pintu yang tak memungkinkan untuk dipilih sebagai jalan keluar masalah.
Bersabar
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Kata sabar ini menjadi sebuah penguat bahwa kehadirannya adalah tanda Allah swt. Menyayangi seorang hamba.
Setelah sekian lama ia berusaha tidak tergoda pada gemerlap dunia. Merasa bahwa apa yang ia lakukan selama ini stagnan saja, gejolak jalan itu mulai terasa untuk mengujinya. Barangkali masih ada sabar yang belum kokoh pada tempatnya.
Tugas seorang hamba adalah membuktikan bahwa apa yang selama ini ia lakukan berasal dari hati yang telah teruji.
Harus tahan banting dan tetap pada posisi sehingga ujian terlewati dan ia menjadi juara kelas.
Berzikir
“orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Q.S Ar Rad ayat 28).
Itab suci sudah memuat pengingat bahawa seorang hamba yang sedang risau hatinya sebab problem berkepanjangan memiliki satu pengingat yang dapat membuatnya merasa lebih tenang.
Tentu saja pengalaman zikir ini dipenuhi banyak tantangan. Salah satunya, melamun dan berandai-andai, mengapa begini dan mengapa begitu, harusnya begini dan harusnya begitu, sehingga kerap membuat kata zikir terasingkan.
Oleh sebab itu, penting rasanya untuk mengulang pembahasan sederhana terkait hal ini. Karena mengatakan zikir mungkin sebentar saja, tetapi aplikasinya sering kali tak ada sebab lupa.
Bertaubat
Rasulullah bersabda yang artinya, "Seorang muslim yang ditimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, dan kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun, semuanya itu merupakan kafarat (penebus) dari dosa-dosanya”.
Pada akhirnya, tariklah kesimpulan pada diri. Semua yang terjadi saat ini bukan tanpa alasan, bukan perkara yang diujikan tanpa hasil akhir yang diharapkan.
Bisa jadi ada titik dosa yang terlupakan dalam hal meminta ampunan, musibah dihadirkan untuk menebus dosa. Tentu saja sebagai Muslimah, ketika menyadari hal ini yang pertama dilakukan adalah memohon kekuatan padaNya agar ujian apapun yang diberikan saat ini mampu dihadapi dengan jiwa ksatria yang tak mudah berputus asa.
Berbagi Rasa Mendengarkan Asa
Saat menghadapi masalah manusiawi bila kita meminta sharing pendapat dengan kenalan dan kerabat, lalu muncullah berbagai tanggapan, mulai dai yang dirasa sanggup dilaksanakan hingga agak sulit. Bagaimana pemilihan solusi terbaik? Sebagai muslimah, hendaknya memang kembali pada Quran dan Hadist.
Namun ternyata keputusan untuk mengambil langkah ini ini tidak mudah. Beberapa orang menganggap ini menghasilkan jawaban yang lemah. Misalnya tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku. Mereka juga berpendapat bahwa ada cara lain yang lebih ampuh, tetapi abai pada apa yang seharusnya telah digariskan dalam kitab.
Mengambil solusi terbaik
Ketika banyak pintu yang kita harapkan dapat memberikan jawaban, ternyata tidak selalu begitu. Lebih-lebih jika kecewa yang didapat. Saat ada angin segar mengatakan begini dan begitu, sekilas diri jadi tergoda dan ingin mengaminkan. Yok!
Namun ada rambu-rambu yang ternyata lebih kuat. Ia tak mudah goyah dan siap menolak solusi yang dinilai tak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
Diri yang lemah bisa jadi bertambah lemah jika terus dihadapkan pada situasi seperti ini. Oleh sebab itu memang harus ada tameng. Misalnya dengan berbagai masalah pa lingkaran teman pengajian. Solusi yang mereka berikan tentu tak jauh dari bahan kajian yang selama ini didapatkan.
tidaklah mungkin mereka memberikan saran yang mendekatkan pada kekufuran. Malah bisa jadi ada bantuan di luar prediksi.
Persaudaraan yang berlandaskan agama memang efeknya berbeda. Memperbanyak silaturahmi saudara dalam barisan ini memang memiliki banyak keutamaan.
Saat tak kau temukan keadilan di dunia ini, tak mengapa. Masih ada hari perhitungan yang orang tak bisa elak darinya.
Ya, menjelang akhir tulisan ini, saya ingin memperkuat apa yang selama ini saya yakini. Bahwa Allah swt tak akan membiarkan hambanya seorang diri tanpa solusi ujian.
Kehidupan memang tak selamanya berhiaskan pelangi indah, malah bisa jadi lebih banyak kelabu.
Namun pasti ada sebuah jawaban dari semua itu. Bila kita belum menemukannya, coba telusuri sekali lagi, mungkin ada poin yang terlewati tanpa sengaja.
Wahai diri yang kerap rapuh, tetaplah sadari bahwa engkau ditakdirkan ke dunia ini dengan segenap energi dan kekuatan ibumu. Menjadi lemah ibarat tiada menghargai tiap semangat demi kehadiranmu.
Bagaimana tanggapan sahabat terkait ujian kesabaran dan keikhlasan ini? Adalah penerapan yang menjadi favorit sahabat? Yuk, berbagi di kolom komentar! (*)
Referensi:
- https://kumparan.com/berita-hari-ini/4-cara-menghadapi-cobaan-hidup-yang-berat-dalam-islam-21PyIbtioHW/full