Bebas Period Poverty, Jadi Sahabat Tingkatkan Literasi

Halo, Sahabat.

Masihkah kamu ingat dengan hari pertama menstruasimu? Bagaimana perasaanmu saat itu? Siapakah orang pertama yang menjadi tumpuan segala pertanyaan terkait keluarnya darah itu?

Nyatanya, perihal menstruasi masih menjadi pembicaraan yang tabu di kalangan kita. Alhasil begitu menstruasi terjadi pada seorang anak perempuan, ia rentan mengalami apa yang disebut period poverty atau kemiskinan menstruasi.

Kata miskin di sini erat kaitannya dengan kurangnya akses pada produk menstruasi, fasilitas kebersihan, pengelolaan limbah, hingga pendidikan.

Akses terhadap produk menstruasi ini maksudnya adalah kesulitan yang harus dialami seorang wanita pertama kali menstruasi ketika harus mendapatkan atau membeli pembalut baik berupa tampon atau menstrual cup, akses toilet hingga penanganan limbah produk menstruasi.

Minimnya literasi tentang period poverty




Minimnya literasi tentang period poverty ini bisa terjadi karena kemiskinan dan stigma masyarakat tentang menstruasi itu sendiri.

Saat menstruasi terjadi, seorang wanita akan menggunakan pembalut untuk mengelola fase tersebut. Sayangnya, produk yang digunakan tergolong tidak murah. Mari kita lakukan survey kecil-kecilan. Cobalah pergi ke minimarket terdekat. Jika pun tidak ingin membeli, coba tanyakan harga 1 pack pembalut. Lalu bagikan harga 1 pack pembalut sehingga didapatkan harga masing-masing itemnya. Selanjutnya kalikan dengan penggunaan pembalut per hari, per periode, hingga per tahun.

Produk yang berakhir di pembuangan sampah ini ternyata menelan biaya yang tidak sedikit.

Selanjutnya tentang penggunaan kata roti jepang untuk pembalut dan pandangan kotor terhadap wanita yang sedang mengalami masa-masa menstruasi. Sudahlah wanita yang sedang menstruasi mengalami ketidaknyamanan dalam tubuhnya, ditambah lagi dengan stigma masyarakat seperti ini, bisa membuat wanita tersebut merasa tidak nyaman.

Period poverty ini bisa mengakibatkan dampak yang lebih luas lagi seperti perempuan yang rentan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi saluran kemih dan reproduksi, pernikahan anak, kekerasan dalam rumah tangga, stres atau trauma menstruasi sampai semakin suburnya stigma terhadap menstruasi itu sendiri.

Di sisi lain ada pula pandangan yang menyatakan bahwa menstruasi berdampak buruk bagi lingkungan. Duh, padahal menstruasi itu sudah kodrat wanita, ya. Faktanya, menstruasi tidak mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan, tetapi produk menstruasi yang tidak dikelola dengan baiklah yang akan menyebabkan kerusakan lingkungan tersebut.

Sebagai generasi muda, apakah kita hanya bisa menyaksikan hal ini? Ingatlah, bahwa menstruasi itu perkara abadi. Setiap tahun akan ada makhluk berjenis kelamin wanita yang akan mengalaminya. Jika tidak ada satu orang pun peduli pada hal ini, apa jadinya masa depan para wanita tersebut?

Dalam sebuah webinar singkat, seorang penyintas isi kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi dari NTT menyatakan bahwa di desanya ada, lo, remaja yang sedang menstruasi malah menggunakan kertas koran sebagai pembalutnya. Duh, apakah ia tidak mengetahui keburukan yang bisa terjadi karena tindakan tersebut? Inilah bukti minimnya literasi tentang period poverty saat ini.

Meski Sederhana Yakinlah Tak Ada yang Sia-Sia




Untuk bisa menjadi bermanfaat kita tak harus hebat dahulu. Karena itu tentu butuh waktu lama sedangkan peran kita sangat urgensi.

Dukung gagasan promosi akses terhadap menstruasi, perubahan, dan praktik kebersihan


Saat ini beberapa konten kreator sudah mulai menapak di ranah perjuangan kebebasan period poverty. Kita juga bisa ikut bergerak dengan merepost postingan mereka ke akun media sosial kita. Jangan lupa untuk menambahkan caption singkat berupa ajakan agar follower kita turut mendukung aksi ini.

Jika ada energi lebih, bisa pula mengajukan diri untuk berkolaborasi dengan konten kreator tersebut untuk membuat lebih banyak lagi video edukasi terkait period poverty, misalnya tentang kebaikan penggunaan pembalut kain untuk mengurangi bahkan menghilangkan produk menstruasi yang tidak ramah lingkungan.

Mengundang pejuang period poverty untuk memberikan edukasi


Saat ini, media sosial juga bisa menayangkan siaran langsung seperti wawancara dengan narasumber, misalnya dengan melakukan live streaming. Narasumber kompeten bisa diundang untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang period poverty.

Menjadi sahabat wanita yang mengalami period poverty


Masih di NTT, ada sebuah komunitas bernama Bacarita Kespro yang fokus pada isi kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi ini. Mereka hadir menjadi sahabat bagi teman wanita. Berbekal modul luar negeri yang sesuai dengan perkembangan anak di sana, mereka melancarkan aksi untuk menunjukkan kasih sayang pada kaum wanita untuk lebih peduli pada kesehatan reproduksi, termasuk period poverty.

Tidak memberikan ruang bagi lelucon kotor terkait menstruasi


Menyadari bahwa banyak wanita yang tidak nyaman dengan istilah-istilah terkait menstruasi, jika ada lelucon seperti itu, harus segera diambil tindakan dengan menyatakan hal sebenarnya. Jangan dibiarkan karena pembiaran seperti ini bisa menularkan.

Menulis artikel SEO terkait period poverty


Di zaman ini, mesin pencari sangat dekat dengan manusia. Dengan satu kali klik, manusia bisa terhubung dengan informasi yang ia perlukan. Mesin pencari memiliki algoritma yang memungkinkan artikel sesuai keinginannya, mendapatkan lebih banyak pembaca.

Jika kita bisa menyajikan artikel terkait period poverty yang mendapat banyak pembaca, itu artinya kita sukses menyebarkan isu ini agar mendapatkan lebih banyak perhatian.

Penutup


Minimnya literasi tentang period poverty termasuk permasalahan sosial yang kompleks dan memerlukan perhatian semua orang. Period poverty dapat menyebabkan efek kesehatan yang saling terkait, yakni emosional, fisik, dan mental.

Sudah saatnya period poverty menjadi urusan semua orang karena lebih dari separuh penduduk dunia ini mengalami menstruasi.

Penggunaan produk-produk menstruasi yang ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali perlu dieksplorasi guna menyelamatkan bumi ini. Hal ini tentu tidak bisa berjalan sendiri. Sangat diperlukan inovasi dan kolaborasi lintas sektoral demi mencapai hasil maksimal. (*)

Sumber:
  • Instagram @tenggarantt
  • https://www.joghr.org/article/32436-period-poverty-why-it-should-be-everybody-s-business
Next Post Previous Post
1 Comments
  • Admin
    Admin 9 Oktober 2023 pukul 09.46

    Wah benar banget tuh, Kak memang pengetahuan mengenai menstruasi bisa dibilang masih minim

Add Comment
comment url