Benarkah Memaafkan itu Mudah?

Katanya memaafkan itu mudah, tetapi …

Apakah sahabat pernah mendengar kalimat di atas? 

MAAF, empat kata yang menurut saya ada kadar beratnya masing-masing. Satu sisi bagi yang meminta maaf, sisi lainnya bagi yang memberi maaf.

Keduanya punya porsi masing-masing. Ada orang yang tahu ia bersalah, tetapi untuk meminta maaf itu rasanya sulit sekali. Ada pula yang sudah diberi permohonan maaf, tetapi memberi maaf terasa sangat berat. Bisa jadi dikatakan ‘ya’ sebatas lisan saja. Di hati, belum ikhlas memaafkan sebelumnya.

Saya ada di posisi mana? Keduanya pernah sama-sama saya lakoni. Ada kalanya saya pernah melakukan kesalahan dan merasa perlu waktu lama untuk meminta maaf. Saat lain ada laku seseorang yang begitu menyakitkan hati. Ia tidak meminta maaf sama sekali. Mungkin karena merasa itu bukan kesalahan. Memberi maaf? Tanpa diminta bisa jadi tidak diberikan. Namun hingga saat ini saya terus mencoba dengan mengubahnya menjadi energi.

Kesedihan yang Pernah Dijalani




Waktu itu, saya masih menjadi staf di sebuah sekolah kesehatan. Gelar D4 Masih disandang dengan amanah mengajar. Jujur saya sangat bersyukur menjalani aktivitas ini. Saat itu titel S2 masih belum begitu banyak. Akhirnya, satu per satu teman saya menyelesaikan pendidikan.

“Masih gini-gini, aja, ya? Apakah nggak ada keinginan buat melanjutkan pendidikan?” kira-kira kalimat yang saya terima seperti ini.

Nyess! Hati saya merasa pedih kala itu. Siapa yang tak ingin melanjutkan kuliah jika ada kesempatan? Sayangnya, saya tidak berada pada posisi itu. Saya sangat rindu berkutat dengan diktat.

Kata-kata itu saya balas dengan senyuman miris. Dalam hati terucap keinginan dalam, suatu hari nanti saya ingin seperti Anda, Bu!

Alhamdulillah, beberapa tahun kemudian mimpi saya seolah perlahan menuju kepastian. Memang bukan tentang melanjutkan pendidikan dan meraih gelar magister. Namun saya bisa lulus seleksi CPNS di 2018 lalu, sama dengan profesi beliau kini.

Mungkin saya belum bisa melanjutkan pendidikan, tetapi saya tidak berkecil hati sama sekali. Saya menyadari bahwa kata-kata beliau tempo hari adalah begitu menyakitkan, tetapi saya tidak ingin lama berlarut.

benar saya terluka, benar saya ingin menangis. Namun saya selalu ingin lebih kuat karena ingin mematahkan topeng keangkuhan!

Self Healing, Bersedia?


Self healing yang seringkali dikaitkan dengan kesehatan mental merupakan proses penyembuhan diri sendiri. Dalam kasus kesehatan mental, self healing menjadi penyembuhan diri dari luka batin.

Dilansir dari detikHealth, menurut Dr dr Fidiansjah, SpKJ, MPH, individu yang sehat secara mental akan mampu mengelola stres dengan mengubah stressor menjadi bentuk normostress sehingga tidak menjadi beban pikiran berlarut-larut dan tidak terjadi kelebihan hormon sitokin yang turut berpengaruh negatif pada kesehatan fisik.

Lakukan Self Healing, Sehatkan Jiwa


Apakah sahabat pernah mencoba melakukan self healing untuk menyembuhkan dirimu sendiri? Karena setiap orang adalah penyembuh terbaik bagi dirinya sendiri.

Cara Self Healing Terbaik


Dikutip dari Berkeley Well Being, berikut beberapa cara untuk membantu menyembuhkan diri sendiri dari dalam.

1. Self Healing dengan Self Compassion


Salah satu cara terbaik self healing adalah menyembuhkan diri sendiri. Memang seringkali kita berubah menjadi sosok yang lebih keras terhadap diri sendiri daripada terhadap orang lain.

Manusiawi jika dalam hidup kita dihadapkan pada situasi marah. Bersikap terlalu keras pada diri sendiri bisa berdampak kurang baik dan justru mempersulit diri dan pikiran sulit untuk sembuh.

Self compassion atau menyayangi diri sendiri adalah alat terbaik untuk self healing. Apakah sahabat pernah menuliskan sepucuk surat yang ditujukan untuk diri sendiri? Jika belum, cobalah memulai dengan menuliskan surat untuk diri sendiri yang isinya tentang hal-hal baik tentang diri. Jangan lupa untuk menuliskan bagaimana cara untuk mendukung diri kita menjadi maju.

2. Cukup Tidur


Poin ini adalah self healing favorit saya. Jujur, mendekati akhir bulan, ada saja sesuatu hal yang memaksa saya untuk mengurangi jam istirahat. Padahal, kurang tidur berdampak negatif pada kesehatan tubuh, yaitu bisa melemahkan sistem imun yang membuat tubuhmu sulit untuk menyembuhkan sendiri.

Seseorang yang kurang tidur akan berkontribusi pada peningkatan hormon stres (norepinephrine dan epinephrine). Hormon ini bisa menimbulkan kecemasan dan kelelahan. Tidur memang merupakan hal penting untuk self healing.

3. Bernapas Lebih Dalam


Stres, trauma dan masalah kesehatan fisik dapat membuat sistem simpatik kita 'melawan'. Untuk menenangkan respons simpatik ini, sahabat perlu mengaktifkan sistem saraf parasimpatik. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan bernapas lebih dalam.

Contoh bernapas lebih dalam adalah teknik bernapas SKY, sebuah teknik yang melibatkan siklus pernapasan lambat (2-4 napas per menit) lalu cepat (30 napas per menit), lalu tiga 'Om' panjang atau napas panjang yang bergetar. Teknik ini terbukti menurunkan kecemasan.

Teknik bernapas lainnya yang populer yaitu 'box breathing'. Teknik ini melibatkan pernapasan selama empat hitungan yaitu menahan napas dalam empat hitungan, dan menghembuskan napas dalam empat hitungan lainnya, lalu menahan napas dalam hitungan keempat dan seterusnya. Berlatih bernapas dengan teknik ini setiap hari bisa membantu meningkatkan aktivitas parasimpatis dan membantu tubuh pulih lebih cepat.

4. Meditasi


Meditasi dapat membantu pemulihan tubuh. Berlatih meditasi bisa membantumu mengurangi kecemasan, depresi, dan memberikan dampak positif bagi tubuh.

5. Jurnaling


Cara healing terbaik menurut psikolog salah satunya dengan jurnaling. Menuliskan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan cobalah mengevaluasi dari pikiran-pikiran tersebut.

Penutup

Dalam hidup tidak ada yang tidak mungkin. Semua berproses dalam kadar masing-masing. Kesedihan akan selalu datang berasal dari entah dari dalam diri ataupun dari orang lain. Sebagai manusia kita hanya perlu senantiasa bersyukur dan tidak henti mencoba karena semua kuasa ada pada sang Pencipta.

Memaaafkan memang sulit karena itu merupakan ujian bagi kita seorang hamba apakah kita mampu meredam emosi, melupakan sebentar kesalahan lalu berangsur menuju pemulihan.

Memaafkan bisa jadi hal yang terasa sangat berat. Menjadi hal yang sangat bahagia jika kita bisa selalu memaafkan dengan sama-sama memegang prinsip bahwa hidup ini akan terasa lebih indah tanpa permusuhan. 

Setiap manusia tentu punya kesalahan kepada manusia lainnya. Entah karena disengaja maupun tidak disengaja. Intinya tiap manusia pernah berbuat salah. Sebab kesalahan itu manusiawi.

Namun keinginan untuk selalu berbuat lebih baik dengan meminta maaf adalah satu sikap ksatria. KIta tidak akan menjadi lemah. Tidak akan terlihat cupu. Meminta maaf berarti kita ingin mewujudkan perdamaian di bumi.

Memaafkan dan memberi maaf adalah dua hal yang berbeda dengan porsi masing-masing. Saya tidak ingin mengatakan bahwa satu perbuatan lebih berat atau lebih ringan dibandingkan perbuatan lainnya. Masing-masing pribadi memiliki pandangan berbeda. Bukan masalah berat atau tidaknya, tetapi bagaimana masing-masing individu menyikapi secara bijaksana. 

Ingin bumi lebih damai dan nyaman? Yuk, bergandengan tangan, redam kemarahan dengan saling memaafkan. 




#YukNgeblogLagi
#NgeblogAsyikBarengKEB
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url