Belajar tentang Kejujuran, Kenangan HUT RI Tak Terlupakan

Halo, Sahabat Khansa

Hari ini teks proklamasi kembali dibacakan, lagu Indonesia Raya digemakan, dan merah putih dikibarkan. Di seluruh penjuru nusantara semua menggelorakan semangat kemerdekaan. Dari usia kanak hingga dewasa bergembira penuh suka cita. Merdeka! Dari seluruh rangkaian tahun-tahun yang pernah terlewati, saya punya kenangan HUT RI yang tak terlupakan, lo!

Kenangan yang Mengajarkan Saya tentang Makna Sebuah Kejujuran


Dirgahayu Indonesia pusaka

Ceritanya, hari dimulai ketika seluruh anak kelas empat sekolah dasar itu diminta untuk menggambarkan sekolahnya. Lalu dengan langkah mantap para peserta lomba duduk di halaman sekolah yang beralaskan rumput.

Seorang siswa menyapu pandangan, mencoba mencari gambaran yang tepat untuk kemudian menorehkannya dalam goresan dan warna. Namun ada yang sedikit aneh kemudian, ia melirik panitia dan tangan kirinya dengan sedikit ragu menukar kertas kosong tadi dengan kertas lain yang sudah diisi dengan ornamen pinggiran.

Kertas kosong ia timpa dengan kertas ber-ornamen, lalu ia mulai menggores dan mewarnai. Gambarnya cukup rapi dan ia tampak percaya diri saat mengumpulkannya pada juri.

Waktu berlalu dan pengumuman tiba. Alhamdulillah sesuai harapan, ia meraih juara kedua! Ia maju ke depan menerima piagam penghargaan. Saat itu belumlah musim berfoto ria seperti sekarang. Ia menerima ucapan selamat dengan bersalaman.

Namun sesuatu terjadi! Hatinya seperti sedikit menolak kemenangan tersebut. Ya, meskipun teman dan juri mengatakan gambar sekolah yang ia buat sangat indah sehingga berhak meraih juara, sang siswa mulai ragu, apakah mungkin karena tambahan ornamen itu ia menang?

Namun, ia tidak mengambil langkah apapun. Hadiah tetap ia terima dan senyum tetap terkembang. Sampai akhirnya, jalan hidup membawanya menjadi seorang penulis cerita anak di media. Ia harus berjuang menuliskan cerita-cerita anak menginspirasi pembaca cilik.

Menulis cerita anak sama dengan mentransfer adab dan akhlak baik, salah satunya adalah kejujuran. Anak yang telah tumbuh remaja tersebut selalu suka menulis cerita tentang kejujuran. Ia menjadi digurui oleh tulisannya sendiri. Tak ingin menularkan sifat buruknya di masa lalu. Ia ingin membayar kesalahan itu dengan menuliskan naskah cerita anak yang pastinya punya tempat lebih luas untuk memberikan nilai kejujuran.

Siswa itu adalah saya, sahabat. Seseorang yang akhirnya mempunyai kenangan HUT RI yang tak terlupakan. Dari kenangan tersebut, ia belajar suatu hal, yakni bahwa kebohongan bisa menciptakan penolakan oleh nurani. Di masa depan, setiap hal tidak jujur ternyata benar-benar meninggalkan rasa yang sama di dada saya.

Secuil Cerita Semarakkan HUT Ke-78 RI dan Harapan untuk Indonesia


Harapan untuk Indonesia

Niat hari ini adalah menemani Mama yang ingin menyaksikan perlombaan 17-an di dusun kami. Tanpa disangka malah dipilih untuk ikutan lomba balap bakiak dan berjalan dengan balon di dada. Kedua lomba ini dalam bentuk tim. Saya, bibi, dan ibu kadus berada dalam satu tim. Meskipun belum rezeki menang, saya merasa sangat bahagia karena terakhir ikutan lomba 17-an saya lupa entah kapan.

Saya juga bisa menyaksikan semua orang yang ikut berlomba dengan penuh suka cita. Berpanas-panasan dengan baju terkena noda kering dan basah, tetapi dengan senyum tak lepas dari wajah. Saya yakin saat itu, tak ada beban aktivitas yang menggantung di kepala.

Akhirnya, langit oranye tiba juga dan kami harus pulang. Indonesia telah berusia 78 tahun. Cukup senja untuk usia seorang anak manusia. Di usianya saya berharap cita-cita proklamasi masihlah tetap menjadi prioritas. 

Pun kita sesuai dengan latar belakang masing-masing bisa turut memberikan hal terbaik. Misalnya, jika kita seorang penulis cerita anak, tulislah naskah yang membangun karakter baik anak. Tanamkan nilai kebaikan yang bisa jadi belum/tidak kita lakukan dengan baik di masa lalu. Terus Melaju Untuk Indonesia Maju! (*)

#HUTRI
#DirgahayuIndonesia2023
#Emak2Blogger
Next Post Previous Post
1 Comments
  • Admin
    Admin 18 Agustus 2023 pukul 14.39

    Waktu awal baca sudah saya duga ini cerita Mbaknya sendiri hihi. Semangat terus, Mbak

Add Comment
comment url