Langkah Hebat Kota Bandung Menuju Zero Waste Cities
Permasalahan tentang sampah menjadi wacana yang senantiasa menjadi pokok perhatian. Berbagai pihak dan kalangan menggaungkan semangat menunjukkan perhatian pada masalah ini.
Bila sahabat masih ingat dengan Tragedi Longsor Sampah di TPA Leuwigajah, tentu ini menjadi mimpi buruk yang sangat disayangkan sampai terjadi. Untuk selanjutnya, mimpi kelam itu biarlah terkubur, sementara kisahnya dijadikan pelajaran berarti untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.
Konferensi pers berjudul "Menjajaki Transisi Perjalanan Kota Bandung Menuju Zero Waste Cities" yang digelar beberapa hari yang lalu memberikan penjabaran berarti tentang perbaikan upaya tata kelola sampah setelah didapati hasil bahwa prinsip Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan (Kang Pisman) masih belum mencapai kesepakatan sesuai harapan.
Acara yang digelar pada Selasa, 29 Maret 2022 tersebut menghadirkan 3 orang narasumber, yakni:
- Ir. Ria Ismaria, M.T dari Forum Bandung Juara Bebas Sampah
- Ratna Ayu Wulandari, S.Hut dari Zero Waste Cities YPBB Kota Bandung
- Deti Yulianti, S.T., M.T dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung
Ketiga narasumber tersebut memberikan penjelasan bagaimana akhirnya perjalanan Bandung menuju Zero Waste Cities. Tentu saja, sesuai dengan latar belakang dan sudut pandang masing-masing. Ketiga penjelasan tersebut saling menguatkan.
Pembicara pertama adalah Bu Ir. Ria Ismaria, M.T dari Forum Bandung Juara Bebas Sampah. Dalam keterangan awal, beliau menjabarkan bahwa Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS) merupakan forum pelaku persampahan sebagai wadah kolaborasi dan komunikasi lintas sektor yang mendukung perubahan sistem pengelolaan sampah kota. Lintas sektor ini tentu saja merupakan satu lingkaran utuh yang saling terkait peran masing-masing.
Selanjutnya, dalam proses pelaksanaan, terdapat 6 poin yang dikembangkan oleh forum BJBS terkait Kawasan Bebas Sampah (KBS), yaitu:
- Desentralisasi Sistem Pengelolaan Sampah
- Perubahan sistem tercampur menjadi terpilah
- Pengurangan timbulan - efisiensi
- Kebiasaan memilah, mengolah dan memanfaatkan hasil
- Penegakan aturan - pembiayaan lembaga
- Partisipatif
Lagi-lagi, keenam poin tersebut akan menguatkan satu sama lain untuk mempercepat terwujudnya visi dan misi program. Adapun tujuan program KBS adalah:
- Membantu capaian peningkatan pengelolaan sampah
- Mengurangi jumlah sampah 30% dan 70%
- Mendukung Rencana Induk Pengelolaan Sampah (RIPS) Kota Bandung
- Perubahan sistem pengelolaan sampah guna mendukung pengurangan timbulan sampah ke TPA
- Pengurangan timbulan sampah
- Pemilahan sampah, pengumpulan terpilah dan pengolahan yang sedekat mungkin dengan sumber
Narasumber pertama ini juga memberikan motivasi kepada warga Kota Bandung, khususnya, untuk memberikan kontribusi terbaik sehingga menjadikan Bandung sebagai kota layak huni.
Selanjutnya, narasumber kedua, Bu Ratna Ayu Wulandari, S. Hut dari Zero Waste Cities YPBB Kota Bandung memaparkan tentang bagaimana langkah yang telah diambil dalam proses menjajaki transisi Kota Bandung Menuju Zero Waste Cities.
2015
Pengembangan model Zero Waste Cities Bandung diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung.
2017
Pendampingan 3 wilayah KBS, meliputi RW 09 Sukaluyu, RW 07 Neglasari dan RW 11 Babakansari.
2020
Kelurahan model RTPS (Rencana Teknis Pengelolaan Sampah), meliputi Kelurahan Cihaurgeulis dan Kelurahan Sukamiskin.
2022
Asistensi transisi TPS terjadwal
Foto oleh Leonid Danilov dari Pexels
Lantas, narasumber kedua ini juga memaparkan tantang fokus pengembangan model yang telah dilakukan, yaitu pengembangan sistem pengumpulan terpilah dan pengolahan sampah secara holistik (edukasi, operasional, kelembagaan, regulasi, pembiayaan), edukasi seluruh rumah, pelatihan petugas pengumpul sampah, infrastruktur pengolahan sampah, masterplan kelurahan atau RTPS (Rencana Teknis Pengelolaan Sampah), regulasi skala kota/kabupaten (perda/perwal), serta penegakan hukum.
Studi kasus telah dilaksanakan di tiga kelurahan yang menerapakan model Kang Pisman, yakni Kelurahan Cihaurgeulis, Kelurahan Sukamiskin, dan Kelurahan Neglasari. Karena pada tingkat kelurahan sudah terlaksana, itu artinya semua RW yang berada dalam kawasan ini telah menjalankan aksi pilah sampah terpilah.
Perjalanan Kota Bandung Menuju Zero Waste Cities
Selanjutnya, Bu Deti Yulianti, S.T., M.T dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung menjadi pembicara terakhir dalam konferensi pers ini. Beliau menyampaikan bahwa saat ini sudah ada 18 TPS Program Bandung Pisahkan Sampah. Program ini sekaligus menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar serius untuk melakukan usaha perbaikan mewujudkan impian Kota Bandung menuju Zero Waste Cities.
Lebih lanjut, menurut Bu Deti, tantangan yang dihadapi ini disebabkan pada 2024 TPA akan dipindahkan ke Legok Nangka. Di sini hanya 800 sampai 1025 ton sampah per hari yang boleh dibuang, sementara menurut perhitungan kasar berdasarkan kebiasaan masyarakat Kota Bandung, ada sekitar 1750 ton sampah yang dibuang per hari. Oleh sebab itu, masyarakat harus berusaha keras untuk mengurangi sampah hingga 750 ton per hari. Sebagai informasi, sampai saat ini masih terdapat 1500 ton sampah per hari di Kota Bandung.
Dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk memilah sampah dan mengolah sampah di sumber. Pekerjaan rumah yang cukup besar untuk mengurangi sampah dalam jangka dua tahun
Lebih jauh, Kawasan Bebas Sampah harus diintegrasikan dengan TPS yang menerima sampah terpilah dan terjadwal. Saat ini pengelolaan sampah dimulai dari sumber lalu dibawa mamang gerobak selanjutnya berakhir ke TPS. Dari TPS lalu diangkut menuju TPA.
Tantangan dalam pengelolaan membutuhkan partisipasi masyarakat dan peranan pemerintah karena untuk skala kota dan kawasan yang lebih luas tentu saja dibutuhkan infrastruktur dan pendanaan khusus. Kerjasama antara masyarakat di sumber dan pemerintah harus saling berkesinambungan untuk mendapatkan hasil terbaik.
Pada akhirnya, pengelolaan sampah membutuhkan peran serta masyarakat, kelembagaan, teknis operasional, pembiayaan, regulasi/peraturan yang berada pada lingkaran yang saling berkesinambungan.
Satu bagian dan bagian lainnya memiliki keterkaitan. Jika satu bagian terganggu/tidak bekerja sesuai dengan fungsinya maka akan mengganggu bagian yang lain. Tantangan ini harus segera diambil dengan gerak cepat sehingga perjalanan Kota Bandung menuju Zero Waste Cities lebih mulus lagi.
Insight luar biasa tentang pengelolaan sampah mulai dari tingkat rumah tangga sampai tingkat kota saya temukan dalam konferensi pers ini. Sungguh, sebuah langkah sederhana yang akhirnya menjadi besar. Saya, yang saat ini berdomisili di kota kecil dengan pengelolaan sampah yang belumlah sedetail apa yang telah dilakukan oleh pemkot Bandung merasa tertohok dan berharap bahwa gerakan hebat ini akan menular pada kota-kota lain di Indonesia.
Bagaimana dengan kota domisili sahabat? Sudah adakah langkah hebat yang diambil sebagai gerakan memerangi sampah? Yuk, bagikan di kolom komentar!
Wah mantep nih patut ditiru Bandung programnya mengingat sampah juga sudah banyak pastinya kita perlu program kayak gini. Kesehatan bumi makin menurun aja, apalagi kalau banyak sampah, hemm jadi harus jaga kebersihan.
sampah memang perlu mendapat perhatian sekarang. Berton ton sampah dihasilkan tiap hari. saya pernah ikut webinar tentang pengelolaan sampah organik dari sisa sayuran dan buah menjadi ecoenzyme
Jika diberdayakan sampah bisa jadi sumber manfaat ya mbak, tapi sekarang ini sepertinya pemerintah lebih fokus pada yg lain.
keren ya Bandung, ternyata sejak 2015 ya, sidoarjo kapan ya?
Duh, sampah kenapa kamu harus begitu sensi, kalo engga diperhatiin, langsung deh ngambek. Yuk...kita galakkan caring for safety. Thankyou sdh mengingatkan.