Kebangkitan Dunia Literasi di Era Digital
Kebangkitan Dunia Literasi di Era Digital - Zaman sekarang, hampir semua orang memiliki gawai. Dari yang tipe sederhana sampai yang kompleks. Bersinggungan dengan dunia digital, membuat kemampuan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dan sumber dapat diakses berbagai pihak dari piranti komputer.
Melalui program literasi digital yang sudah diinisiasi sejak 2017, diharapkan akan terbentuk karakteristik pribadi sebagai berikut ini:
- Setiap Orang Punya Kompetensi Literasi Digital
- Setiap Orang Mampu Menjaga Data Dari Penyalahgunaan
- Setiap Orang Punya Kecakapan Digital
Kebangkitan dunia literasi di era digital bisa ditemukan dalam kemudahan akses literasi berbasis data. Berikut adalah beberapa kemudahan berliterasi melalui gencarnya digitalisasi.
Mengirim Naskah Lebih Cepat, Tinggal Klik Langsung Sampai
Saya masih ingat ketika di awal kepenulisan, mengirim naskah cerita anak ke sebuah media cetak di Yogyakarta. Kebijakan redaksi yang hanya menerima naskah melalui jalur pengiriman pos, membuat saya harus mengalami beberapa perdebatan pikiran sebelum memutuskan untuk mengirim naskah. Jarak terbentang antara Jawa dan Sumatera membuat keputusan untuk menunda pengiriman sering kali menjadi pilihan.
Beberapa bulan yang lalu, sebuah informasi yang dibagikan sobat literasi menjadi penyegar saat dahaga. Media tersebut telah membuka diri dengan membuka jalur pengiriman melalui surat elektronik (surel). Alhamdulillah, tak butuh waktu lama, tak perlu bergelut dengan pikiran, sekali klik, maka naskah telah sampai ke alamat surel redaksi.
Kelas Daring yang Berseliweran, Pilih Sesuai Kebutuhan
Waktu pertama kali ingin menulis buku bergambar (picture book) saya hanya bisa menduga tanpa aksi nyata. Seperti apa ya menulis buku dengan halaman yang cukup singkat ini? Saya baca sepintas di media sosial ada seorang penulis yang mengatakan menggunakan tabel berisi halaman, teks dan panduan ilustrasi. Namun dikarenakan saya merasa sungkan, informasi tersebut hanya berakhir di media sosial tersebut. Eksekusi tak pernah terjadi.
Dua tahun terakhir, tepatnya sejak pandemi, kelas daring tumbuh bak jamur di musim penghujan. Kelas daring apa yang tak ada kini. Malah kalau belum ada, kita dapat memberikan usulan. Beberapa hari kemudian e-flyer kelas daring tersebut pun tayang. Dengan melakukan pembayaran yang cukup terjangkau, selain mendapatkan ilmu, kita juga akan mendapatkan pelatihan. Hasil latihan tersebut kemudian diberikan masukan. Bahkan sampai diarahkan menuju meja redaksi penerbitan.
Website Literasi yang Mudah Diakses
Kebangkitan dunia literasi di era digital juga terlihat dari banyaknya website yang menerima karya. Website tersebut terang-terangan membuat menu tentang cara kirim karya. Beserta dengan kebijakan redaksi tentang pemberian honor penulis/kontributor.
Banyak Paltform Nulis, Wadah Literasi Tinggal Pilih
Platform digital berkembang pesat dengan segala syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Penulis tinggal memilih sesuai keinginan. Bergabung lalu mengejar impian melalui karier literasi di platform.
Komunitas Literasi yang Hangat
Jika dahulu, cara kirim ke media merupakan informasi terbatas, maka kini keterbatasan tersebut telah enyah. Komunitas literasi yang berkembang di media sosial memungkinakan calon penulis bisa cepat belajar. Para penulis akan berbagi pengalaman tembus media, trik yang ia lakukan agar naskah cepat tayang hingga berbagi informasi soal cara pencairan honor tulisan.
Referensi Buku Digital yang Memudahkan
Sebut saja iPunas, Gramedia Digital, Let’s Read, dari aplikasi ini kita bisa mendapatkan bahan referensi secara gratis. Lebih memudahkan, ya, kan. Apalagi kondisi pandemi membuat kesempatan untuk menikmati semerbak harum buku di toko menjadi lebih sulit.
Kebangkitan dunia literasi di era digital telah menunjukkan jejak-jejak nyata. Perlahan namun pasti memberikan kemudahan. Begitupun karakteristik pribadi sebagaimana yang diharapkan dari program literasi digital nasional turut menjadi faktor kunci kesuksesan dari kemudahan tersebut.