5 Alasan Naskahmu Tak Kunjung Dimuat di Media

Lima Alasan Naskahmu Tak Kunjung Dimuat di Media Duh, kok naskahku nggak dimuat, ya? Padahal udah nulis semaksimal mungkin.

Kok punya penulis itu lagi, sih, yang dimuat?

Pernahkah kalimat ini mampir atau malah nongrong di benakmu, Sahabat?

Duh, jangan sampai, deh, ya. Buruan katakan selamat tinggal pada cita-citamu untuk menembus meja redaksi media massa. Ya, jika nyalimu masih begitu-begitu aja, buat apa capek-capek mikir, ngirim naskah ke media dengan malas. Lantas pesimis begitu melihat nama tak juga menjejak di media impian.

Instropeksi itu Tanda Cinta Diri


Kalau naskah tak kunjung dimuat, maka cek lagi niat. Adakah yang keliru? Adakah laku yang membuat semangat berkarya hanya berupa kata sekadar saja? Jika introspeksi sudah dilakukan, maka Sahabat bisa menyimak 5 alasan yang menjadikan naskah Sahabat belum mampu menyentuh hati redaksi media.

alasan naskah ditolak media


1. Tak Mengenal dan Berkenalan


Jika kita punya ide atau tulisan yang sudah selesai, jangan buru-buru kirim ke media. Mengenal terlebih dahulu “warna” media itu penting. Mengirim cerita anak ke rubrik cerita remaja, jelas akan ditolak. Mengirim naskah serius ke rubrik banyolan tentu akan tersingkirkan. Jadi, setelah tulisan selesai, kenali media yang bisa menampung naskah tersebut.

Bagaimana jika media tersebut hanya beredar di daerah tertentu? Zaman sudah sangat canggih. Kehadiran media sosial menyatukan banyak penulis dalam satu wadah. Berbagi cara hingga tip pengiriman naskah kerap dilakukan. Tentang info pemuatan naskah juga sering dibagikan oleh sahabat literasi. Dengan menjalin silaturahmi, nusantara yang luas ini tampak kecil sekali.

Beberapa media juga mempunyai halaman website yang update. Para penulis bisa memantau pemuatan naskah di sini. Ada yang free dan ada yang berbayar. Tentukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

2. Tema Jadul


Pembaca tentu menginginkan bahan bacaan yang menjawab kebutuhan. Apabila ada sebuah isu yang berkembang hangat dalam masyarakat, maka orang akan berbondong mencari informasi tersebut di laman pencarian. Tugas penulis adalah menangkap memomentum tersebut. Menulis naskah terhangat lalu mengirimkannya ke meja redaksi akan membuat kans pemuatan karya semakin besar.

3. Tak Paham


Jika ingin mendapatkan informasi yang tepercaya, orang tentu akan memperhitungka tulisan seorang pakar. Membaca tulisan tersebut terasa berbeda dengan tulisan serupa yang ditulis oleh yang bukan pakar. Ada penekanan istimewa yang menunjukkan kepakaran seseorang dalam tulisannya.

Menulis sesuai dengan skill yang dimiliki akan membuat tulisan yang dimuat lebih bernilai. Oleh sebab itu mengenal latar belakang sosial dan pendidikan kemudia membuat karya berdasarkan hal tersebut menjadi suatu kepentingan.

4. Memutuskan untuk Berhenti


Duh, yang namanya berhenti dan tak ingin melanjutkan perjalanan, itu sama artinya dengan menenggelamkan kapal impian. Lihat kembali sejarah penciptaan benda-benda bersejarah. Membutuhkan waktu tak lama hingga akhirnya hasil karyanya begitu melegenda dan membawa perubahan signifikan.

5. Plagiat is Big No!


Jangan pernah berpikir sekalipun untuk melakukan tindakan plagiarisme meskipun naskahmu tak kunjung dimuat di media. Jangan pernah! Tindakan tercela ini akan seketika membunuh impianmu untuk menjadi penulis.

Mana mungkin ketahuan. Kan banyak tulisan dan penulis di dunia ini. Pernah berpikir iseng seperti ini? Stop pikiran iseng itu sebelum berakar, bertumbuh hingga menjadi pohon kebusukan yang subur.

Rekam jejak digital ini sangat kejam! Mesin pencarian raksasa itu bisa mendeteksi tindakan jelek itu. Hanya dengan satu kata kunci maka kebohongan itu terkuak.

Jadilah diri sendiri dengan karyamu. Sesederhana apapun karya yang bertumbuh dari pikiranmu, nyatanya ia tak akan pernah membuatmu terluka.

Alasan-alasan tersebut akan tinggal kenangan dan berubah menjadi kenyataan indah jika Sahabat mengabaikannya. Jangan mau dininabobokkan alasan. Bangkit dan usir alasan yang mungkin sempat singgah dan enyahkan alasan yang telanjur nongkrong nggak ada akidah.

See you, bye bye! Sampai jumpa di media.

Wassalamu’alaikum.
Next Post Previous Post
6 Comments
  • Neneng Hendriyani
    Neneng Hendriyani 17 April 2021 pukul 14.59

    Keren mbak

    • Karunia Sylviany Sambas
      Karunia Sylviany Sambas 17 April 2021 pukul 17.40

      makasih dah mampir, Mba :)

  • Latifah Kusuma
    Latifah Kusuma 19 April 2021 pukul 09.24

    Harus pantang menyerah mencoba ya mbak

    • Karunia Sylviany Sambas
      Karunia Sylviany Sambas 20 April 2021 pukul 07.40

      Pasti, Mba :) Klo masih belum dimuat, kirim terus. Semangat buat kita, ya, Mba :)

  • miasitiaminah
    miasitiaminah 20 April 2021 pukul 09.53

    Penulis hebat dan konsisten Mbak Nia ini..

    • Karunia Sylviany Sambas
      Karunia Sylviany Sambas 20 April 2021 pukul 10.00

      Sedang terus menempa diri, Mba Mia :) Makasih udah mampir, ya, Mba.

Add Comment
comment url