Cepat Sembuh, Pahlawanku! dimuat di Nusantara Bertutur


Cerpen Anak Cepat Sembuh, Pahlawanku! dimuat di Nusantara Bertutur Kompas Klasika edisi Minggu, 15 November 2020

Assalamu'alaikum, Sahabat Khansa.

Alhamdulillah, tulisan saya bisa kembali tayang di media yang satu ini. Tema dongeng yang ditentukan adalah Pahlawan Masa Kini. Untuk ketentuan pengiriman naskah, Sahabat bisa ke mampir ke Cara Kirim Naskah Dongeng Nusantara Bertutur Kompas Klasika

dimuat di Nusantara Bertutur Kompas Klasika

Cepat Sembuh, Pahlawanku!
Oleh: Karunia Sylviany Sambas 

Pagi ini ibu sudah tampak bersiap rapi. Ibu mengajar di sebuah sekolah dasar negeri di Condongcatur, Yogyakarta. Ada yang tampak berbeda dari penampilan ibu kali ini. Ibu mengenakan masker kain dan penutup wajah terbuat dari plastik mika. 

Azi, seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku kelas tiga, memerhatikan gerak-gerik ibunya.

“Kata Bu Guru, kami belajarnya dari rumah saja. Mengapa Ibu tidak mengajar dari rumah juga?” tanya Azi.

Ibu sedang memasukkan sebotol kecil cairan pembersih tangan ke dalam sakunya. Ia menoleh sambil tersenyum. 

“Ibu juga mengajar dari rumah, kok. Tetapi ada yang perlu Ibu selesaikan sekarang,” sahut ibu lembut. “Azi mandi dan sarapan, ya. Sudah Ibu sediakan di dapur.”

Azi mengangguk. 

Sebenarnya Azi kasihan melihat ibu. Sejak pandemi corona terjadi dan kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah, Azi melihat kesibukan ibu semakin bertambah. Pagi-pagi, ibu harus berbelanja dan menyiapkan sarapan. Sepulang kerja, ibu memasak lauk-pauk siang. Ibu masih ada kelas daring di sore hari. Oleh sebab itu, ibu jadi sering terkantuk-kantuk saat menemani Azi belajar.

Kata ibu, selain mengajar daring, ia juga harus melakukan kunjungan rumah. Ibu harus mendatangi rumah murid-murid bergiliran. 

Apalagi sejak ayah bertugas di luar kota. Ibu tidak mahir mengendarai sepeda motor. Itu sebabnya ia harus naik bus atau becak menuju sekolah dan rumah murid. 

Hari ini udara cukup dingin. Hujan baru saja berhenti. Azi menunggui ibu dengan sabar. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore ketika ibu mengucap salam.

“Ibu terjebak hujan,” jelas ibu sambil berjalan menuju kamar mandi.

Malam harinya, badan ibu mendadak meriang dan lidah ibu terasa pahit. Setelah makan malam, ibu istirahat lebih awal dibanding biasanya. 

Azi mengerjakan tugas di ruang tengah. Tugas tentang mengenal aneka tanaman obat itu mengingatkan Azi pada sesuatu. 

Esoknya, setelah mengenakan masker, Azi mendatangi rumah Bulik Nay, adik bungsu ibu. Setelah menceritakan tentang kondisi ibu, Bulik Nay dan Azi tampak sibuk mengerjakan sesuatu. 

Tak lama, semangkuk minuman hangat telah tersaji di atas meja. 

“Hati-hati membawanya, ya, Zi. Titip salam dari Bulik. Semoga Ibu lekas pulih.”

Azi mengucapkan terima kasih lalu membawa minuman itu dengan sukacita.

“Ibu, ini wedang ronde buatan Azi dan Bulik Nay.”

Azi membantu ibu meminum semangkuk wedang ronde. Ibu kelihatan sangat terharu. 

“Ibu adalah pahlawan buat Azi dan murid-murid. Cepat sembuh, ya, Bu.” Azi memeluk ibu penuh kehangatan. (*) 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url