Menang Lomba Puisi Langsung Juara Pertama
Menang Lomba Puisi Langsung Juara Pertama - Rasa syukur tiada henti terus saya ucap. Setelah sekian purnama mengikuti berbagai lomba puisi, alhamdulillah salah satu tulisan tersebut memenuhi harapan sejak melihat pengumuman lomba.
Lomba puisi tersebut mengangkat tema "Ibu"
Proses kreatifnya didapat dari perenungan panjang :) bagaimana membuat sebuah puisi bertema ibu yang anti mainstream. Dimulailah dengan membaca hasil karya para juara puisi. Bermodalkan searching sana sini. Yeay! gambaran tentang puisi yang baik seperti apa langsung ketemu.
Entah mengapa, sampai saat ini saya memang seorang DEADLINER'S SEJATI :D
Senang mengirim karya entah itu ikut lomba, kirim ke media bahkan sampai pendaftaran tes CASN 2018 saya selalu berada di lini akhir. Saat-saat genting hampir penutupan. Bahkan Cerpen Dadakan yang dimuat tempo hari di Story Teenlit Magazine Mei 2013 adalah hasil dari pengiriman di detik akhir penutupan, tepat 23.59 WIB. Andai lewat satu detik saja, tulisan tersebut pasti langsung out :p
Oke, balik ke topik utama :)
Saya tulis puisi tersebut langsung di laptop. Tulis saja apa yang ada di pikiran nggak pake edit typo yang ada. Saya nulis puisi tapi di pikiran saya kayak lagi nulis cerpen. Ada alur cerita yang berjalan. Pilihan kata juga masih biasa. Tetap cari rima yang pas dan takdir mempertemukan dengan diksi baru. Berasal dari status teman penulis. Langsung aja saya comot diksi tersebut. Terus, puisinya diendapin dulu.
Jujur saya berharap banyak pada puisi tersebut. Targetnya juara harapan aja sih. Dapetnya Rp 150.000,- Lumayan. Biaya daftarnya Rp 20.000,- per puisi. Setelah semua syarat pendaftaran saya selesaikan, puisi pun saya matangkan. Tepat di hari penutupan saya kirim naskahnya (tuman, ya :D) Lha, ternyata DL lomba diperpanjang! Hehehe.
Saya cek TL penyelenggara lomba di hari pengumuman juara. Ternyata, diundur :p Mesti bersabar sambil deg deg an.
Yeay! Postingan sang juara udah ada di IG! Gambar mesti digeser ke kiri. Dan lagi, nggak ada mention di IG. Karena biasa kan akun IG peserta di-mention panitia kalau jadi juara. Ya Allah, mungkin belum rezeki. Tapi tetap berharap! Lalu, saya buka pengumuman juara harapan, pelan tapi pasti. Ga ada! Pasrah udah. Juara utama kan kemungkinan kecil. Saya udah lama nggak nulis puisi. Dulu sering sih, puisi pendek dan dimuat di koran lokal Sumatera Utara, Koran Waspada. Tapi itu duluuu sekaliii.
Penasaran juga dengan juara utama. Minimal ada karyanya yang bisa dibaca dan dijadikan bahan belajar, begitu pikir saya. Lalu gambarnya saya geser lagi. Masya Allah, ada nama saya! Saya hampir nggak percaya. Lalu cek judul puisi dan domisili penulis. Ya, itu saya!
Langsung aja saya lari-larian jumpain Mama yang lagi masak. Alhamdulillah. Mama turut terharu. Lalu beliau minta bacakan puisi tersebut. Ada bening hangat yang terasa hadir di kelopak mata. Walaupun alur cerita puisi tersebut tidak ada di keluarga kami, tapi ada bagian-bagian nyata di sana. Mama tahu itu bagian yang mana.
Malamnya, panitia lomba langsung transfer hadiahnya! Rp.1.000.000,- Piala dan sertifikat cetak nyusul :D
Kemenangan ini datang di saat yang tepat. Allah SWT memberikan lebih dari apa yang kita pinta. Alhamdulillah tiada henti. Tepat di saat notifikasi sms banking belum hadir sampai tanggal 05 Januari 2020 :D Tepat di saat ada hutang yang mesti dilunaskan segera!
Next, kita cerita lagi, ya, Sahabat.