Kuis Matahari Mata Hati, Melihat dengan Sempurna
Mata Hati, Kau Bisa Melihat dengan Sempurna!
Aku berjalan menyusuri sebuah lorong. Lorong itu gelap gulita. Indera penglihatanku seakan buta. Terus aku telusuri lorong itu. Lambat laun seberkas cahya mulai tampak. Cahyanya mula-mula menyilaukan namun lambat laun mulai meredup. Tidak! Tidak! Aku harus segera menuju cahya itu sebelum ia menghilang.
Hanya berjarak beberapa langkah, hampir dapat! Cahya itu melesat cepat.
Aku terduduk lemas. Kepalaku mendadak pusing hebat.
“Masih ada kesempatan, Via!” Terdengar suara menggema.
Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Sumber suara tidak mampu kutemukan. Aku kembali merenung. Masuk dan terjebak ke lorong ini adalah salahku.
Perlahan kutanya hati. Dengan bahasa santun ia bertutur, “Belajar keraslah demi nilai terbaik. Masih ada kesempatan!”
Ibu menghendaki kuliah kesehatan. Aku memilih keguruan. Perlahan masalah dalam akademik menghampiri. Nilai-nilai harus segera diperbaiki. Bila tidak, tentu sia-sia yang telah kujalani. Baiklah! Bukan saatnya tenggelam dalam mental pecundang. Aku harus kembali berjuang!
Mata hati, kau bisa melihat dengan sempurna!
NB : Jumlah kata 147
Saya dulu ngikuti orangtua dek. Agak terpaksa sih. Taoi sekarang jadi ngerti ada kalanya kita harus menjalani apa yg tidak kita inginkan.