Pacarmu Belum Tentu Jodohmu dimuat di duajurai.com


Resensi Buku Pacarmu Belum Tentu Jodohmu

Memaknai Cinta dengan Cara Tepat
Oleh: Karunia Sylviany Sambas


DATA BUKU
Judul : Pacarmu Belum Tentu Jodohmu
Penulis : Muhammad Syafi’ie el-Bantanie (@Tazkiya_Nafs)
Penerbit : Wahyu Qolbu
Cetakan : I, 2014
Tebal : x + 206 halaman
ISBN : 979-795-877-9

Masa remaja rentan diiringi pelampiasan ekspresi yang berlebihan hingga terkadang langkah tak terarah. Remaja ingin menjadi pusat perhatian dan mendapatkan tempat dalam kelompok teman sebaya (peer group). Tameng ilmu agama menjadi salah satu hal yang harus diperkuat.

Buku Pacarmu Belum Tentu Jodohmu mengajak pembaca, khususnya remaja, untuk berbicara tentang fenomena pacaran. Penulis menyusun buku ini berdasarkan pengalamannya dalam membimbing dan menerima konsultasi dari para remaja seputar pacaran.

Fenomena pacaran telah banyak melahirkan tragedi pilu, kisah sedih yang menyayat hati. Bagaimana masa depan seorang remaja putri yang masih duduk di bangku kelas dua SMA yang harus menerima kenyataan bahwa dia hamil. Ia mengaborsi janinnya dan didera penyesalan setelahnya. Sekolahnya pun terhenti (hal. 2).

Lain lagi yang terjadi pada seorang gadis baik-baik. Ia terjebak dunia pergaulan salah hingga akhirnya menjalin hubungan terlarang dengan seorang pria. Tragisnya, ia tertular HIV dari pasangannya tersebut (hal. 6). Apakah benar, cinta suci melegalkan hubungan seks di luar nikah? Tentu tidak!

Keberaniannya untuk melamarmu pada orangtuamu adalah keseriusannya untuk menikahimu (hal. 18). Pria yang ingin menghalalkan cintanya tentu tak akan sembarang dalam mengumbar kata ‘aku cinta padamu’ pada wanita yang disayanginya. Ia tahu cara suci untuk menyucikan cintanya. Pacaran hanya menunjukkan ketidakseriusannya, lebih-lebih kalau itu merupakan perangkap semata agar wanita terlena.

Selagi muda, sibukkan diri dengan berprestasi dan bergaul dengan teman-teman yang memberi energi positif. Demi masa, sesungguhnya waktu berlalu begitu cepat. Ia ibarat pedang tajam yang menikam, yang terbuai akan kalah dan binasa. Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Bila telah siap dan menemukan pendamping hidup yang tepat, kuatkan tekad untuk melamar. Proses ini tentunya menurut etika Islam agar mendapat keberkahan Allah SWT.

Di bab selanjutnya, penulis juga merinci tentang pentingnya menjaga komitmen bagi kedua belah pihak setelah proses lamaran berlangsung serta berapa dan bagaimana mahar yang baik itu. Mahar yang paling baik adalah mahar yang paling sederhana (hal. 148).

Di bagian akhir, penulis menguraikan inspirasi nikah tanpa pacaran. Di sini diuraikan kisah Ustadz Yusuf Mansur, Ustadz Felix Siauw, Rendy Saputra dan Hendy Setiono. Keempatnya memilih menikah muda tanpa pacaran. Merintis usaha yang penuh ujian hingga akhirnya meraih kehidupan mapan. Salah satu golongan yang akan memperoleh pertolongan Allah adalah orang muda yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dan kesucian dirinya (hal. 191).

Sebagai bonus, penulis juga memberikan doa-doa yang bisa diamalkan agar dikaruniai jodoh yang baik (hal. 194).

Kehadiran buku ini menjadi semacam oase di tengah pergaulan remaja yang rentan bersinggungan dengan fenomena pacaran. Pembaca dapat belajar cara memaknai cinta suci dengan cara yang tepat.

DATA PERESENSI
Karunia Sylviany Sambas. Penulis adalah alumnus Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url