Hilangnya Angpau Ling di Analisa Medan
Assalamu'alaikum.
Alhamdulillah. Cerita anak karya saya kembali tayang di media, nih, Sahabat Khansa.
Cerpen Anak Rahasia Hilangnya Angpau Ling dimuat di Harian Analisa Medan edisi Minggu, 22 Februari 2015
Rahasia Hilangnya Angpau Ling
Oleh: Karunia Sylviany Sambas
Ling sangat senang. Bibirnya terus menerus menyunggingkan senyuman. Sejak bangun pagi ia sudah tak ingat lagi pada kantuknya. Biasanya, Mama sampai pusing membangunkan anak bungsunya itu. Alarm jam kukuk pun mungkin lelah berkukuk setiap pagi.
Mama mengepang dua rambut hitam Ling. Rambut panjang itu sudah hampir menyentuh bokong. Gadis kecil itu tak pernah mau memotong rambutnya sejak kelas satu hingga kelas empat ini.
“Ling, masih lama?” Kak Vian sudah berdiri di ambang pintu kamar.
Ling nyengir. Memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. Setelah memastikan tak ada barang yang tertinggal, Ling melesat menuju teras rumah. Papa dan Mama sudah berada di dalam mobil.
Ling sekeluarga akan mengunjungi rumah adik Mama. Paman Bian. Sudah dua kali Tahun Baru Imlek keluarga mereka tak saling bertemu. Paman Bian punya bisnis di Beijing. Karena tahun ini mereka ada di Indonesia, Ling jadi punya kesempatan bertemu Vivi, saudara sepupunya.
Ling bersenandung kecil di dalam mobil.
“Ling, jangan merepotkan orang di sana!” Kak Vian yang duduk di samping Ling menatap adiknya dengan khawatir. Ia takut Ling membuat ulah lagi. Terakhir kali bertemu Paman Bian, Ling menangis lama sekali karena angpaunya tertinggal di kamar mandi sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Waktu itu Ling yang baru saja selesai dari kamar mandi umum, lupa mengambil angpau yang diletakkannya di pinggir bak kamar mandi. Ling menyadari angpaunya hilang ketika sudah berada di rumah mereka, Tanjung Balai.
“Mungkin Ling kurang sering berbagi,” kata Mama.
“Ling, jangan memaksa untuk mendapatkan banyak uang. Angpau itu adalah doa dari Paman Bian buat Ling. Jangan lihat besar kecil isinya,” tambah Papa.
Ling cemberut. Saat perayaan tahun baru begini, harusnya mengumpulkan uang angpau sebanyak-banyaknya, pikir Ling.
Masih beberapa jam lagi sebelum keluarga Ling sampai di rumah Paman Bian. Karena lelah, mereka beristirahat sejenak di sebuah SPBU di daerah Serdang Bedagai.
Ling ingat. Ini adalah tempat di mana ia kehilangan angpaunya dulu. Mama, Papa dan Kak Vian sedang ke minimarket membeli beberapa minuman dan cemilan. Ling bosan menunggu. Ia keluar mobil dan berjalan ke arah toilet umum.
Ia ingat betul kalau ia meletakkan angpau itu terakhir di pinggir bak kamar mandi. Ling sedih menyadari kecerobohannya. Apalagi jumlah uang di dalam angpau itu sangat banyak. Ling sudah membayangkan bisa membeli bermacam-macam barang.
“Ling ....” Suara Kak Vian tepat di belakangnya.
“Masih ingat angpau itu, ya? Sudah. Ikhlaskan saja!”
Mata Ling makin berkaca-kaca.
“Sudah, yuk. Kita ke mobil. Satu jam lagi kita sampai di Medan. Siapa tau kamu banyak dapat angpau tahun ini,” hibur Kak Vian.
Ling menurut. Ia mengikuti langkah Kak Vian menuju parkir mobil.
Saat melanjutkan perjalanan, di lampu merah, Ling melihat seorang anak kecil yang sedang mengamen di depan kaca mobil mereka. Ling iba. Selama ini ia belum pernah melihat pemandangan seperti ini.
“Mereka mencari uang dengan bekerja. Lihat itu, Ling! Di sana bahkan ada yang nyemir sepatu dan jualan koran,” tunjuk Kak Vian ke seberang jalan.
Ling terdiam. Ia tak bisa membayangkan jika dirinya yang harus bekerja di tengah cuaca terik seperti ini. Apa-apa yang dia mau pasti ada. Sedangkan mereka ....
“Ling?”
Mama heran melihat Ling yang tiba-tiba melamun.
“Pa, Ma. Ling mau kasih ini buat anak itu.” Ling menyodorkan sebuah angpau. Ia memang sering bertukar angpau dengan Vivi. Jadi, ia punya beberapa angpau di tas kecilnya.
Papa, Mama dan Kak Vian berpandangan. Ling membuka kaca mobil dan menyerahkan angpau itu pada si pengamen cilik.
Si pengamen tersenyum semringah saat menerima angpau dari Ling.
“Terima kasih banyak, Kak.”
Hati Ling terasa bahagia.
Angpau yang hilang itu menyadarkan Ling akan kehilangan. Kini ia belajar berbagi. Sekarang Ling sudah tak terlalu peduli berapa pun isi angpau yang akan dia terima dari Paman Bian.
Bukankan seperti kata Papa, angpau itu berisi doa dan harapan dari sang pemberi kepada yang menerimanya. Doa dan harapan itu buat Ling. Itu lebih dari cukup.
Mobil sudah memasuki kawasan Tanjung Morawa. Sebentar lagi mereka akan tiba di rumah Paman Bian.
Ling bersyukur. Ia belajar hal penting hari ini. Ya, berbagi itu memang indah! (*)