Menerbitkan Buku Sendiri itu Susah?
Resensi Buku Siapa Bilang Menerbitkan Buku Sendiri itu Susah? dimuat di detakpekanbaru.com Senin, 08 Desember 2014
Judul Buku : Siapa Bilang Menerbitkan Buku Sendiri Itu Susah?
Penulis : Anisa Ae
Penerbit : AE Publishing
Cetakan : I, Juni 2013
Tebal : vi + 93 halaman
ISBN : 978-602-7748-60-6
Serba-Serbi Menerbitkan Buku Sendiri
Oleh: Karunia Sylviany Sambas
Menerbitkan buku sendiri itu susah nggak sih?
Ternyata, menerbitkan buku itu tak sesulit yang diduga. Anisa Ae menjelaskan secara mendetail tentang cara menerbitkan buku sendiri. Buku ini ditulisnya berdasarkan pengalaman pribadi dalam membuat penerbitan indie untuk grup ECA—grup penulisan yang dibentuknya di jejaring sosial facebook-- dan proses sebelum membuat penerbit AE Publishing.
Bagi penulis muda, salah satu pertanyaan besar seputar penerbitan adalah ketika dihadapkan pada pilihan mau menerbitkan karyanya; secara indie atau mayor.
Tentu ada konsekuensi bagi setiap pilihan—keuntungan dan kerugian—bukan?
Pastinya diterbitkan sendiri tak memerlukan waktu yang lama. Tergantung berapa waktu yang kita mau. Mau sehari, seminggu, sebulan, tergantung kita (hal. 8).
Kekurangannya dari menerbitkan sendiri, buku dipandang sebelah mata. Tersebar tidak luas dan buku yang laku sedikit. Tapi kalau kita pintar dalam memasarkan, keuntungan yang kita dapat juga tidak sedikit. Misalnya dengan membawa dan menjual buku ke mana pun dan di mana pun. Mengadakan bedah buku, launching buku, dan lain-lain (hal. 9)
Melirik dari banyaknya event penulisan yang diadakan penerbit indie di situs jejaring sosial, ada baiknya para penulis muda mengikuti event ini. Selain menambah kemahiran dalam merangkai kata-kata, ajang ini juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah mendapatkan paket penerbitan dengan harga murah bahkan gratis. Penulis muda dapat menggunakan paket ini untuk launching karyanya.
Tentang royalti dan jual putus juga sering menjadi pertanyaan. Bagi yang ingin investasi, maka dapat mengambil pilihan royalti. Sementara, bila ingin cepat mendapatkan keuntungan dari hasil menulisnya, maka pilihan jual putus adalah jawabannya.
Royalti adalah hak penulis yang dibayarkan oleh penerbit atas jumlah buku yang telah dicetak. Besar kecilnya royalti tergantung dari kebijakan masing-masing penerbit. Berkisar antara 7-15% dari harga buku (hal. 17).
Dalam sistem jual putus, setelah penulis mendapatkan uang, mau diapakan buku tersebut, itu terserah penerbit. Kalaupun buku tersebut booming, penulis juga tidak akan mendapatkan apa-apa. Kalaupun terjual sedikit dan penerbit rugi, itu juga gak mempengaruhi jumlah yang dibayarkan ke penulis. Intinya, kita putus hubungan dengan penerbit tersebut (hal. 19).
Perhitungan tentang royalti dan jual putus dibahas mendetail dalam buku ini.
Lalu, bagaimana bila mau membuat penerbitan indie juga? Penulis sekaligus owner AE Publishing ini, menjawab semua pertanyaan terkait itu semua. Mulai dari naskah hingga akta notaris dan perpajakan.
Tentu tak ada gading yang tak retak. Begitu pun buku ini. Diantaranya, screenshot beberapa gambar penjelas alangkah baiknya bila berwarna. Lebih jelas dan menarik.
Jangan pandang buku indie sebelah mata, karena banyak juga buku indie yang bagus. Sekali lagi, baik indie maupun mayor tentu ada konsekuensinya. Tergantung pilihan penulis. Baik indie maupun mayor juga akan melatih penulis dalam berwirausaha mandiri. Semakin gencar promosi, tentu semakin banyak pula keuntungan yang diraih. Selamat berwirausaha! (***)