Sore Indah Musala Hikmah Analisa Medan

Cerpen Anak Sore yang Indah di Musholla Hikmah dimuat di Harian Analisa Medan edisi Minggu, 20 Juli 2014

Assalamu'alaikum, Sahabat Khansa. 

Alhamdulillah, cerpen anak karya saya kembali menghiasi rubrik Taman Riang Harian Analisa Minggu. Kali ini bertajuk #Ramadan.

Cerpen anak ini sudah mengalami proses editing dari sang editor ^_^ Kata tak baku yang saya gunakan pada kata shalat dan musholla diedit menjadi salat dan musala. Jadi makin semangat nih kirim-kirim lagi.

Yang saya posting di bawah ini adalah versi aslinya.

Cerpen Anak Sore yang Indah di Musholla Hikmah dimuat di Harian Analisa Medan edisi Minggu, 20 Juli 2014

Sore yang Indah di Musholla Hikmah
Oleh: Karunia Sylviany Sambas

Yaya, gadis manis yang masih duduk di bangku kelas dua itu tampak lesu. Kerudung merah mudanya terlihat sedikit miring. Garis tengahnya telah berpindah ke kanan.

“Ya, kenapa cemberut gitu?” Mayra, teman baru di kelasnya, menyapanya dengan raut wajah ceria.

“Hm, kamu tau, Ra. Kemarin Yaya gagal puasa penuh. Yaya kalah. Padahal Yaya udah janji sama abi dan umi mau puasa penuh ramadan tahun ini. Yaya malu, Ra.”
Yaya melipat kedua tangannya di bawah dagu.

Mayra mencoba menenangkan perasaan Yaya. Gadis kecil itu duduk di samping Yaya.

“Mengapa kamu sampai bisa membatalkan puasanya, Ya?” tanya Mayra santun.

“Begini Ra, sambil menunggu buka, Yaya main ayunan bersama Fara di taman. Sepulang dari sana, Yaya nggak kuat lagi. Haus sekali.” Yaya mengakui kesalahannya.

“Sebenarnya salah Yaya juga sih. Sepulang shalat tarawih, Yaya baca komik sampai larut malam. Waktu itu kan abi dan umi lagi nggak di rumah. Yaya dan Kak Arman bangun waktu udah selesai azan subuh. Mas Arman kuat puasa sampai magrib. Yaya nggak.” Air mata tampak mulai menggenang di pelupuk matanya.

Mayra mendengarkan cerita Yaya dengan sabar.

“Jangan sedih, dong, Ya. Yuk, ikut. Mayra mau nunjukin sesuatu sama Yaya.”

Tanpa sempat bertanya lebih banyak, Mayra sudah menarik lengan Yaya dan membawanya menuju suatu tempat.

“Loh, kok ke arah Musholla Hikmah? Bukannya waktu buka masih lama, Ra? Kamu mau ikutan buka di sana ya?” Yaya tampak bingung. Biasanya, banyak anak seusia mereka datang ke musholla untuk menikmati hidangan berbuka puasa yang diantar oleh para warga.

Mayra menghentikan langkahnya sejenak tetapi ia diam saja. Kemudian ia menoleh dan tersenyum sambil memperbaiki letak kerudung Yaya.

Sesampainya di Musholla Hikmah, kedua gadis kecil itu duduk di teras. Di dalam musholla, beberapa anak seusia mereka tampak duduk membentuk lingkaran. Ada seorang lelaki dewasa yang duduk di antaranya.

“Yaya tau nggak, teman-teman kita yang sedang berpuasa mengisi kesibukan menjelang berbuka dengan tadarusan, seperti yang kita lihat di dalam musholla ini. Selain waktu berbuka menjadi tidak terasa, kita juga dapat pahala lho.”

Yaya terdiam. Gadis kecil itu menunduk. Jemarinya memainkan ujung kerudung merah mudanya.

“Yaya salah. Terima kasih ya, Mayra udah mau ajak Yaya ke sini. Tapi ... apa abang itu masih mau menerima murid ngaji?” tanya Yaya polos.

“Tentu saja. Bang Andi itu kakak Mayra. Ia sangat senang bila ada yang mau mengaji bersama. Yuk, kita masuk.”

Yaya bergerak lincah mengikuti langkah Mayra di depannya. Sebuah senyum manis kembali menghiasi wajah gadis kecil itu. Ia merasa beruntung memiliki teman baru yang baik seperti Mayra. (***)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url