Rambut Indah Meni dimuat di Analisa Medan

Cerpen Anak Rambut Indah Meni dimuat di Harian Analisa Medan edisi Minggu, 27 Oktober 2013

Rambut Indah Meni dimuat di Analisa Medan

Rambut Indah Meni
Oleh: Karunia Sylviany Sambas

Meni memiliki rambut panjang yang indah. Mamanya memang sangat telaten merawat rambut putrinya. Meni sangat senang. Mama sering membelikan pita-pita lucu untuk menghias rambutnya.

Hari ini ada jadwal piket di kelas. Meni berangkat agak pagi karena harus membersihkan kelas.

“Selamat Pagi, Mona.” Ia menyapa Mona yang sudah terlebih dahulu tiba di kelas.

“Rambutmu makin cantik aja, ya Meni.” Celetuk Mona yang mengagumi rambut Meni. “Sayang, rambut pendekku belum panjang sampai hari ini.” Gadis kecil itu memandang rambutnya dengan sedih.

“Jangan sedih Mon, sebentar lagi juga panjang, kok.” Meni mencoba menghibur. Mona menggangguk. Kemudian ia membantu Meni membersihkan kelas.

Meni dan Mona berteman akrab. Mona adalah teman yang baik dan pintar. Tak jarang mereka belajar bersama. Meni lemah di matematika. Mona sering membantu Meni memahami pelajaran yang kurang dimengertinya. Meni mengajak Mona ke rumahnya. Mama Meni membuatkan kue-kue yang enak.

Suatu hari kelas 4B kedatangan seorang murid baru. Meyriska namanya. Siswi pindahan dari luar kota. Ia juga memiliki rambut panjang. Namun, tak seindah rambut Meni. Ia sangat iri melihat rambut Meni. Pernah suatu kali ia sengaja meletakkan kumbang di rambut Meni. Meni menjerit-jerit ketakutan. Rambut panjangnya diacak-acak hingga berantakan. Mona membantu melepaskan cengkeraman kaki kumbang yang melekat di rambut Meni.

“Rambutnya pasti rusak,” pikirnya.

Esoknya, Meni kembali ke sekolah dengan riang. Berkat mama, rambut indahnya kembali. Meyriska cemberut melihatnya. Kemudian muncul ide buruk dipikirannya. Ditempelkannya sisa permen karet di sandaran kursi Meni saat jam istirahat. Meni tak menyadarinya. Saat jam pulang sekolah tiba, rambut Meni tak dapat dilepas dari bangku. Ujungnya melekat pada permen karet. Mona membantu Meni melepaskannya. Sesampainya di rumah, mama sangat terkejut. Kali ini mau tidak mau rambut Meni harus dipotong. Meni sangat sedih.

Kini rambut Meni tinggal sebahu. Meyriska tersenyum puas. Tak ada lagi yang menjadi saingannya. Meni memandang rambut pendeknya. Ia terlihat sedih.

Sepulang sekolah, Meyriska mengayuh sepedanya dengan gembira. Saking senangnya ia tidak melihat ada batu kecil di persimpangan jalan. Sepeda oleng menimpa tubuhnya.

“Aduh!” Ia mengerang kesakitan.

Meni dan Mona yang kebetulan pulang belakangan hari itu melihatnya. Mereka menolong Meyriska.

“Ayo, ke rumahku Mey. Nggak jauh dari sini kok. Biar luka kamu diobati mama.”
“Tapi ....” Meyriska agak ragu.

“Nggak apa-apa kok. Yuk!” Meni merangkul Meyriska. Mona membawakan sepeda.

Mama Meni mengobati luka di lututnya. Meyriska merasa tidak enak hati. Timbul keinginan untuk mengakui kesalahannya, tapi ia belum berani.

Keesokan paginya, Meyriska mengakui kesalahannya. Ia meminta maaf pada Meni. Meni agak terkejut, tapi tak lama kemudian ia tersenyum.

“Kamu mau maafin aku, Meni?” tanya Meyriska takut-takut.

“Tentu saja!” Meni menyambut uluran tangan Meyriska.

“Cieee ... ada apa nih? tanya Mona yang muncul dari kejauhan.

“Sini .. sini Mona. Kita punya teman baru nih.” Meni merangkul Mona dan Meyriska. Kini mereka bertiga berteman akrab.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url