Ayo Bangun, Carla! dimuat di Majalah SOCA

Cerpen Anak Ayo Bangun, Carla! dimuat Majalah SOCA - Alhamdulillah, naskah saya dimuat di Majalah SOCA edisi 18 tahun 2014. Sayangnya, ini menjadi naskah pertama dan terakhir yang tayang di media ini, berhubung majalah ini sudah tidak beredar lagi.

Selamat membaca, ya.


Ayo Bangun, Carla!
Oleh: Karunia Sylviany Sambas

Carla, si peri pemalas baru saja bangun ketika matahari sudah tinggi. Ia bersiap-siap hendak keluar rumah.

“Aih … aih … Carla, setiap hari bangun ketika hari sudah siang,” omel Dera, peri cantik sahabat Carla. Carla hanya tersenyum mendengarnya. Ia sudah kebal dengan omelan seperti itu. Setiap hari ibu dan ayah juga selalu mengatakan hal yang sama padanya.

“Carla … !!! jerit Dera. Carla tak peduli. Ia melanjutkan perjalanannya.

Carla terbang menuju taman bunga. Ia tak sabar ingin mengumpulkan madu. Persediaan di rumah sudah habis. Biasanya ibu dan ayah yang selalu menyediakannya. Namun kali ini kedua orang tuanya sedang ditugaskan ratu peri mengumpulkan madu di taman bunga kota lain. Terpaksa ia harus memenuhi kebutuhannya itu sendiri.

“Hai, Carla. Madu sudah habis. Sebaiknya kamu pulang saja. Dasar peri pemalas!” kata Odet. Peri-peri lain yang bersama Odet tertawa mendengarnya. Mereka sudah ingin kembali ke rumah masing-masing ketika Carla tiba di sana.

Carla sedih mendengarnya. Ia tak dapat membayangkan kalau nanti malam harus menahan lapar. Carla terbang mendekati bunga-bunga. Benar saja. Tak ada madu yang tersisa untuknya. Ia sudah sangat kelelahan. Sayap-sayapnya mulai melemah, tatapan matanya kabur. Mungkin sebentar lagi ia akan jatuh. Carla masih berusaha mempertahankan diri. Namun angin yang bertiup cukup kencang membuat tubuh mungilnya terayun kesana kemari. Akhirnya … brukk! Carla terjatuh di antara bunga-bunga.

Untunglah, tak lama, Dera muncul. Ia mengguncang-guncang tubuh Carla. Namun, Carla sudah terlalu lelah. Ia tak mampu membuka matanya lagi. Dera panik. Dengan tenaga yang dimilikinya, tubuh Carla dinaikkan ke atas punggungnya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Dera berhasil membawa Carla ke rumahnya. Dibuatkannya semangkuk madu hangat untuk Carla. Tak lama, Carla terbangun karena mencium aroma madu. Carla menghabiskan madu hangat itu dalam sekejap.

“Terima kasih, Dera. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku kalau kamu tidak datang,” ucap Carla tulus.

Dera tersenyum.

“Lain kali kamu harus berhati-hati Carla. Untung belum ada bangsa semut yang menemukanmu. Aku tidak bisa membayangkan kalau kamu dibawa ke dalam sarang mereka yang sempit itu.” Dera menggidik ngeri.

Carla tersenyum kecut. Dalam hati ia sangat bersyukur. Ia juga tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya kini kalau Dera tidak menolongnya. Bisa-bisa ia sudah menjadi santapan lezat bangsa semut.

“Oh, ya. Ngomong-ngomong kenapa kamu sampai terjatuh di taman bunga?” tanya Dera bingung.

“Aku lapar sekali. Aku ingin mengumpukan madu. Persediaan di rumah sudah habis,” jawab Carla pelan.

Dera memahami perasaan Carla. Walaupun ia sering kesal karena Carla sering bangun kesiangan, tapi ia juga ingin membuat Carla menyadari kesalahannya.

“Baiklah, besok aku akan menemanimu mengumpulkan madu di taman bunga. Untuk malam ini kamu boleh tidur di rumahku. Aku akan memberimu madu,” kata Dera sambil tersenyum.

“Benarkah?” Carla kegirangan.

“Iya, tapi untuk malam ini saja, ya. Besok kamu harus mencari sendiri.”

Carla mengangguk.


Ayo Bangun, Carla! dimuat di Majalah SOCA

Esoknya, matahari belum terbit. Hari masih gelap. Dera sudah sibuk di dapur. Menyiapkan dua mangkuk madu hangat. Carla masih meringkuk di bawah selimut tebal. Setelah selesai, ia membangunkan Carla.

“Hei, Carla. Ayo, bangun! Kamu tidak mau kehilangan madu lagi, kan?” Dera menarik selimut Carla dengan lembut.

Carla memberengut kesal sambil menarik kembali selimutnya.

“Sebentar lagi, ya. Matahari belum terbit. Aku masih ngantuk,” jawabnya.

Dera berkacak pinggang. Sebuah ide terlintas di pikirannya. Ia mengambil sebuah jam weker dan menyetel waktunya.

“Kriinngg ….” Bunyi jam weker tepat di depan telinga Carla.

“Ayo, peri pemalas! Kamu tidak mau kelaparan lagi malam ini, kan?” Mendengar kata-kata itu, Carla bangkit dengan kesal.

Ia menyantap sarapan dengan mata setengah tertutup.

Tak lama kedua peri itu tampak terbang melewati pucuk-pucuk pohon yang masih basah sisa embun tadi malam. Carla terbang di belakang Dera dengan setengah mengantuk. Tiba-tiba, duukk! Kepalanya membentur sebatang pohon.

“Aduh,” ia mengaduh kesakitan sambil memegang kepalanya.

Dera menoleh dan tertawa melihatnya.

Melihat Dera tertawa, Carla agak kesal. Rasa kantuknya hilang. Cepat ia terbang mendahului Dera. Carla sampai lebih dahulu di taman bunga. Ia mengumpulkan madu dengan semangat. Terbang lincah di antara bunga.

Matahari baru saja terbit ketika mereka sudah selesai mengumpulkan dua keranjang penuh madu.

“Horeee …. Aku berhasil … aku berhasil!” Carla bersorak kegirangan.

Dera tersenyum melihat Carla.

“Terima kasih Dera. Aku beruntung memiliki teman yang baik sepertimu. Maafkan sikapku kemarin-kemarin, ya,” ucap Carla. Ia berjanji akan mengubah kebiasaan buruknya. Ia akan bangun lebih pagi supaya tidak kehabisan madu lagi.


Ayo Bangun, Carla! dimuat di Majalah SOCA 2

Next Post Previous Post
2 Comments
  • zahratul wahdati
    zahratul wahdati 3 Mei 2015 pukul 20.52

    cernaknya keren kak! boleh tahu tata cara dan alamat majalah SOCA?

  • Karunia Sylviany Sambas
    Karunia Sylviany Sambas 6 Mei 2015 pukul 23.59

    Terima kasih banyak, Kak Diy.
    Syaratnya standar aja, Kak. Kalo saya TNR 12, A4, 500-700 kata. Kirim ke redaksisoca@sinarharapan.co.id

    Semoga sukses, ya ^_^

Add Comment
comment url